Berbicara mengenai tempat
wisata di Kei Kecil sebenarnya agak membingungkan menurut saya, bukan bingung
karena minimnya tempat wisata namun karena banyaknya tempat wisata. Saya
bingung mau menjelaskan mana yang bisa disebut tempat wisata, karena menurut
saya keseluruhan Kei itu adalah tempat wisata. Lah wong laut di sebelah rumah
warga saja warnanya masih beratus kali lebih indah dibanding laut Ancol yang
digandrungi masyarakat Jakarta kok. Beneran ini! Kalian akan sepakat kalau
kalian sudah melihat Kei. Ibaratnya nih semua lokasi di Tual itu bisa dijadikan
tempat wisata. Bahkan menurut teman saya jika di satu kampung terdapat tempat
wisata, kampung lain akan buat juga tempat wisata. Hemmm persaingan yang bagus
menurut saya.
Pada dasarnya tempat wisata
di Tual itu murah-murah kok, apalagi kalau tempat wisata yang tidak menyebrang
pulau. Berikut akan saya bagikan tempat-tempat wisata di Kei Kecil yang sudah
saya kunjungi beserta akses dan biaya yang dibutuhkan untuk sampai ke sana. Nah karena banya dan akan menjadi alur yag sangat panjang jika dijadikan satu (itu bahsanya gimana sih mba!) Maka info mengenai Tempat wisata Kei saya bagi dua. Ini part pertamanya.
1. Pasir Timbul (Ngurtavur Island)
Icon Kei Kecil itu apasih? Pantai yang sering banget dimasukin ke IG dengan
pengambilan dari atas alias pakai drone. Yep Pasir Timbul atau Ngurtavur Island namanya. Lokasinya lebih jauh
lagi dibanding Pulau Baer, tapi kalian tidak akan bosan selama di perjalanan
karena pemandangan sebelum sampai ke sana yang super duper keren. Pasir Timbul
sendiri adalah, tumpukan pasir yang terdapat di tengah laut yang bisa
menghubungkan antara satu pulau dan pulau lainnya (walau jauh banget -_-).
Pasir timbul tersebut akan muncul ketika laut sedang surut dan akan menghilang
ketika air laut naik atau pasang. Ada hal lain yang unik dari Pasir Timbul ini,
yaitu terdapart burung yang transit dari Australia yang memiliki sayap wana
tosca, burungnya indah banget deh. Saya kebetulan memiliki kesempatan untuk melihat
langsung burung tersebut dan speechless.
The only transport to reach Ngurtavur
Island adalah Kapal atau speed sama kaya ke Pulau Baer (udah kek
naq Jaksel belum? Lol). Ketika itu saya berangkat dari Pelabuhan Debut dan
menyewa boat seharga Rp. 500.000. Boatnya
sih lumayan besar, kapasitasnya sekitar 10 orang. Sepertinya itu boat paling murah deh, mengingat kita
ditawarkan seharga 700.000 sebelumnya oleh warga yang ada di sana. Dan kalau
sudah sampai ke Pasir Timbulnya, kalian harus membayar lagi biaya masuk sebesar
Rp. 200.000 perkapal yang bersandar di sana. Oh ya jangan lupa, waktu terbaik
ke Pasir Timbul itu ketika laut surut, maksimal pukul 11 siang. Karena setelah
jam itu, air laut akan naik.
2. Pulau Baer
Duplikatnya Raja Ampat nih, Pulau Baer di Kei Kecil. Menurut saya bedanya
hanya di warna airnya saja, kalau Raja Ampat warna airnya lebih ke hijau tosca
sedangkan kalau di Baer warna airnya lebih ke biru tosca. Pulau Baer sendiri
baru ditemukan sekitar tahun 2017 lalu (kalau saya tidak salah) jadi memang
masih baru banget. Akses ke Pulau Baer hanya satu, yaitu menggunakan speed (kalau bahasa di sana) atau kapal
dengan mesin karena lokasinya yang memang lumayan jauh dari pusat kota. Waktu
itu saya ke sana menggunakan kapal punya teman, jadi saya tidak bayar uang
kapalnya hanya inisiatif saja patungan buat bensin. Kalau biaya dengan kapal
tergantung dari lokasi awal kita naik, maksudnya kita berangkat dari pulau
mana. Tapi range harganya sekitar
500-700 ribu rupiah perkapal. Oh ya di Pulau Baer kalian bisa berenang, jadi
jangan lupa sedia pakaian renang ketika main ke Pulau Baer. Juga terdapat
tebing yang bisa dipanjat dan kalian bisa mengambil foto diatas tebing demi
konten instagam dengan pemandangan keseluruhan pulau Baer dan laut Baer
yang berwarna biru tosca. Di atas tebing kalian akan menemukan anggrek langka,
yang kata temen saya hanya terdapat di situ sih. Gatau deh benar atau tidaknya
karena emang belum riset hehehe. Biaya masuk ke Pulau Baer, free alias gratis.
Jadi pengeluaran kalian murni hanya buat kapal saja.
|
Seperti Raja Ampat kan? Kita bisa naik perahu diantara tebing-tebing tinggi |
|
Ada tebing yang bisa dipanjat di sana, dan viewnya adalah Pulau Baer dari atas |
3. Pantai Pasir Panjang (Ngurblot)
Salah satu pantai yang menjadi iconnya Tual nih, nyatanya
pantai ini sesuai dengan namanya, ukuran pantainya juga panjang. Memiliki pasir
yang sangat halus (bahkan katanya terhalus nomor dua sedunia), pantai ini
tempat favorit untuk melihat sunset. Katanya nih kalau di bulan September,
sunset di pantai ini seperti kuning telur, bulat dan kuning. Sayangnya ketika
saya di saya lagi bulan Maret dan hujan melulu, tapi walau begitu yang penting
saya sudah menginjakkan kaki di pasir terhalus nomor dua sedunia :D (tapi
seriusan emang halus banget sih, kaya tepung). Di pantai ini juga banyak penginapan
yang bisa disewa, harganya bermacam-macam mulai dari 150k-200k. kalau mau masuk
ke pantai ini kalian harus mengeluarkan 10k untuk motor dan 20k untuk mobil dan
sepertinya gratis kalau jalan kaki haha.
|
Ini pantainya yang nyatanya emang panjang, tapi ketika saya ke sana pantainya lagi kotor. Karena saya salah bulan, ketika itu angin barat dimana semua kotoran laut datang ke pantai. |
|
Hanya berusaha menggambarkan, ini loh pasirnya yang halus pake banget itu 😄 |
|
Dan yes, sunsetnya ngga oke. Eh baca deh cerita saya di https://traradventure.blogspot.com/2018/08/tual-kei-kecil.html#links agar kalian tau betapa sedih-amazednya saat itu |
4. Pantai Ohaidertavun
Pernah dengar Meti Kei?
Kalau belum tau biar saya jelaskan haha. Jadi Meti Kei adalah festival tahunan
di Kei yang diadakan setiap bulan September. Meti itu bahasa Tual yang artinya
surut, dimana air laut tidak ada di laut (lah trus dimana airnya? Bak mandi? Ah
bukan begitu maksudnya elah!). Jadi kalau normalnya ketika air laut surut itu
hanya sedikit saja kan? Nah kalau di pantai ini ketika meti terjadi maka air
laut akan surut sebanyak-banyaknya (apaan sih!). Air bisa surut sebanyak 1
hingga 2 kilometer, bahkan ketika bulan September bisa surut hingga 3
kilometer. Kebayang ga sih? Ngga? Makanya main ke Kei deh, kalian akan
menemukan fenomena alam yang saya yakin hanya ada di Kei. Jadi ketika saatnya
meti, dari pantai sampai ke laut itu bener-bener kosong ga ada air, kalian bisa
berjalan sejauh mata memandang tanpa ada air lautnya. Nih tak kasih fotonya,
agar ada bayangan muehehehe!
|
Ini lautnya kalau tidak ada Meti, foto ini diambil sekitar jam 5 sore waktu Kei |
|
Ini lautnya ketika terjadi meti. Ingat dong ayunan yang di foto atas yang dudukan ayunannya terbawa air laut? Nah ini dia. |
|
See? Kapal masyarakat aja jadi begitu. Makanya jarang masyarakat yang ada di kampung ini jadi nelayan. Bawa hasil lautnya ke daratberat bo! |
|
Foto ini saya ambil dari tengah laut ketika Meti. Yep, itu adalah pemukiman warga |
Bukan itu
saja, ada satu lagi yag unik dari pantai ini, kalau kalian menghadap ke arah
laut, di sebelah kanan kalian akan melihat tebing-tebing. Nah di salah satu
bagian dari tebing tersebut, terdapat cap tangan manusia dengan beraneka warna
seperti kuning dan merah yang konon katanya sudah ada dari jaman dahulu kala.
Masyarakat yang tinggal di sana juga tidak mengetahui siapa yang membuat cap
tangan tersebut, masalahnya posisi cap tangan tersebut berada di atas tebing
dan agak impossible jika manusia
jaman sekarang yang buat cap tangan di sana. Lagipula tinta (atau apalah itu bahannya) dari cap tangan
tersebut tidak pudar walau sudah berpuluh bahkan mungkin ratusan tahun yang
lalu, yang ada justru warnanya yang berganti. Hemmm memang sedikit mistis sih,
karena pengalaman saya waktu ke sana juga agak sedikit menyeramkan. Suasananya
berbeda saja sih, dan agak susah dijelaskan dengan kata-kata walau ku sudah
mencobanya. Cobalah ke sana saja sendiri hehe.
|
Ini penapakan dari jauh tebing yang ada cap tangannya. Hemm foto dari dekatnya hilang bersamaan dengan hilangnya hape saya :( |
Oh iya untuk ke pantai
Ohaidertavun kalian harus membayar Rp. 5.000 untuk bisa main sepuasnya di pantainya
termasuk juga ke lokasi tulisan tangan. Nah untuk ke lokasi tulisan tangan bisa
dua akses, bisa dengan boat atau
berjalan kaki kalau dengan boat saya
kurang tau harganya, karena kalian harus menyewa boat masyarakt. Namun jika dengan berjalan kaki, kalian haus
menunggu meti dahulu sehingga kalian bisa jalan ke sana. Tapi ya iitu, kalau
berjalan kaki jauh haha.
6. Goa Hawang
Goa dengan kolam yang memiliki air jernih berwana hijau. Dalam kolam
tersebut sekitar 7 meter dan kalian juga bisa berenang ke dalam goa dan katanya
sih di dalam lebih bagus lagi. Tapi saya tidak berenang karena saya takut
tenggelam sad L, jadi saya hanya puas
dengan memasukkan kaki ke dalam air Goa saja. Biaya masuk ke Goa Hawang (nah
ini saya bingung, karena ketika itu saya sama orang asli Kei dan dia nawar.
Jadinya hanya kena 10.000 berdua). Tapi kayanya sih satu orang Rp. 10.000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar