Saat itu siang dan matahari lagi
terik-teriknya dan udara begitu panasnya ketika aku pertama kali bertemu dengan
Aan di rumahnya di Sekom. Aan dengan gelas yang berisi es kelapa muda di tangan
malu-malu ketika bertemu denganku, ntah malu karena apa. Tantenya Aan
mengenalkan aku kepada Aan dengan panggilan cewek cantik, dan aku selalu
memanggil diriku dengan Tante Rara walau hingga akhir pertemuan kami dia kerap memanggilku Tante Cantik. Aan sangat jarang sekali menggunakan
pakaian, baik itu baju ataupun celana. Iya Aan terbiasa telanjang tanpa sehelai
kainpun di badannya, intensitas Aan memakai baju sangat sedikit. Bukannya Ibu
Ayahnya tidak memakaikannya baju, Aan sendiri yang melapasnya ketika sudah
dipakaikan baju. Jadi ketika dipakaikan baju ke tubuhnya, itu hanya bertahan
dalam hitungan jam dan kemudian menghilang.
Aan suka sekali biscuit Gery yang
coklat, dia menyebutnya Kui Gery. Walau dia sangat menyukai makanan tersebut dan
walau orang tuanya mampu untuk membelikannya, namun Aan tidak selalu memiliki
kesempatan untuk memakan biskuit kegemarannya tersebut. Tidak ada warung yang
menjual biskuti tersebut dengan jarak yang dekat dari rumahnya, yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Kalau kau
berkunjung ke Sekom suatu saat nanti, kau akan paham dengan apa yang kukatakan
saat ini.
Seperti normalnya anak kecil, Aan
suka bermain. Bermain dengan apa saja, karena semua hal bisa dijadikan mainan oleh Aan. Beruntungnya
anak kecil yang tidak tinggal di kota dan tidak mengenal gadget adalah mereka
bisa menjadikan alam sebagai teman bermain. Namun Aan tidak memiliki banyak
teman bermain dan tidak tau aalsan pastinya mengapa, namun sepemantauanku Aan
lebih sering bermain sendiri di saat anak lain bermain bersama.
Berbicara tentang bermain, ada
satu hal yang menjadi alasan utamaku membuat tulisan ini. Waktu itu aku melihat
mobil-mobilan dengan jenis truck yang
ukurannnya tidak terlalu besar berada di rumah, dan ternyata itu adalah
mainannya Aan. Bukan salah satu dari mainannya, namun satu-satunya maninan yang
dia miliki, iya satu-satunya. Akan kuberitahu alasan dibelikannya mainan
tersebut oleh ayahnya. Waktu itu ada anak kecil lain seusia Aan yang memiliki
mobil-mobilan yang seperti itu, dan Aan selalu memainkannya bahkan pernah
membawanya ke rumah untuk dipinjam sebentar. Dia sangat menyukai mobilan
tersebut namun tidak juga meminta kepada orang tuanya untuk dibelikan. Melihat
hal tersebut, Papa dari Aan berinisiatif untuk membelikannya mobilan baru. Dan
kemudian itu menjadi satu-satunya mainan Aan yang dibeli. Aku tidak akan
perduli jika kau menganggap ini berlebihan, namun sepengetahuanku anak kecil
seusia Aan biasanya memiliki banyak mainan dan mereke akan rewel demi
mendapatkan mainan yang mereka suka. Mungkin dulu aku bersikap begitu... ah
mungkin kau juga, atau kau lupa? Namun Aan tidak. Dia tidak merengek bahkan tidak rewel ketika meminta mainan tersebut, dia hanya meminjam sebentar mainan temannya dan itu membuat orang tuanya iba. Yahhh setidaknya dalam perspektifku begitu. dan sungguh, Aan merawat mobil-mobilannya dengan bagus. Aku melihat mainan tersebut dalam keadaan bagus dan terawat. Ah aku memiliki perasaan aneh ketika itu, iri dan kagum di saat yang bersamaan. Bagaimana bisa seorang anak kecil mampu untuk bersikap dewasa ketika hal tersebut menyangkut dengan keinginannya? Ketika di waktu yang lain, bahkan orang dewasa sekalipun terkadang tidak mampu. Ah apakah kita tidak mampu, atau tidak ingin~
Inspiratif
BalasHapusTerima kasih kakk, duhh jadi makin semangat nulis nih hehehe
BalasHapus