Group
WA adalah titik mula rencana perjalanan Baduy kami dimulai, Saya, Bapak, Moyo,
Rendy, Cici dan Vera adalah enam orang dengan komitmen kuat untuk
merealisasikan Trip Baduy yang sudah kami rancang dengan beberapa teman. Ya
kehidupan itu memang selalu penuh dengan seleksi alam, banyak yang mengatakan
akan ikut, namun pada akhirnya hanya kami berenam yang berangkat. Ngos-ngosan
karena lari-larian di stasiun Tanah Abang yang saya lakukan adalah awal
perjalanan kami. Saya, Vera, Rendy dan Moyo berangkat bersama dari Stasiun
Tanah Abang untuk kemudian Bapak dan Cici mulai naik dari stasiun yang berada
di Tangerang. Dua jam waktu perjalanan menuju Rangkas Bitung kami habiskan dengan menceritakan kisah
orang lain, siapa saja orang itu selama bukan kami berenam semua akan kami bahas
hingga tuntas, menyedihkan memang kehidupan anak muda kurang produktif yang suka ghibah :(
Ini
perjalanan pertama saya ke Baduy dan juga menjadi perjalanan pertama saya
dengan teman berkelompok. Selama ini jika ingin travelling, saya memang lebih
memilih berjalan sendiri dibanding dengan teman. Alasannnya, karena menurut
saya setiap orang memiliki kebiasaan, pemikiran dan pandangan yang berbeda.
Saya mau liburan dan tidak mau dibuat ribet dengan hal-hal kecil seperti
masalah kita makan apa atau tidur dimana. Jadi entah kenapa kali ini saya
berminat pergi dengan orang lain, mungkin ini bagian dari konspirasi alam
semesta.
Sebagai
satu-satunya orang dalam kelompok yang memiliki rumah di perbatasan Baduy,
Bapak otomatis didaulat menjadi tuan rumah yang merangkap menjadi tour leader
dan navigator di saat bersamaan (rangkap jabatan plus plus). Kami berlima hanya tinggal mengikuti arahan
dari Bapak.
Sesampainya
di Stasiun Rangkas Bitung sebagai stasiun terakhir yang melayani kereta
Commuter Line, kami melanjutkan perjalanan ke terminal yang kebetulan posisinya
sangat dekat dengan stasiun. Setelah meletakkan barang bawaan ke mini bus yang
akan kami gunakan menuju perbatasan Baduy, kami pergi makan dan belanja
beberapa kebutuhan. Jajanan sudah dibeli dan perut sudah kenyang, saatnya
menlanjutkan perjalanan . menggunakan mini bus dengan posisi duduk di belakang,
kami melanjutkan perjalanan menuju Baduy. Kurang lebih satu setengah jam adalah
waktu yang ditempuh dari Terminal Rangkas Bitung menuju Desa Parigi sebagai
desa perbatasan Baduy yang juga desa tempat rumahnya Bapak berada. Normalnya
sih orang-orang yang akan mengunjungi Baduy akan berhenti di Desa
Ciboleger, namun kalau berangkat ke
Baduy dari Desa Ciboleger akan menghabiskan 6-8 jam perjalanan. Sedangkan kalau
dari Cijahe hanya menghabiskan 3-4 jam perjalanan saja. Tapi jika berangkat
dari Desa Cijahe kita tidak akan melewati jembatan akar, sebagai jembatan khas
jika pergi ke Baduy.
Turun
dari mini bus, kami beristirahat di rumah Bapak, di Parigi. Setelah makan siang
dengan menu yang bikin nagih, sholat dan packing ulang barang, kami melanjutkan
perjalanan kembali, kami harus bergegas karena waktu sudah semakin sore.
Perjalanan selanjutnya kami menggunakan ojek motor dengan tarif 50k pergi dan
pulang dari Parigi ke Cijahe sebagai desa perbatasan Baduy. Sampai di Cijahe
sebagai desa yang menjadi akses cepat jika akan ke Baduy, kami harus
melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki mengingat tidak diperbolehkannya
penggunaan kendaraan di Baduy. Di perbatasan Baduy, kami langsung mencari
penduduk local yang bersedia menjadi guide kami selama perjalanan. Hal tersebut
penting mengingat kami merupakan pendatang dan untuk berjaga-jaga dari segala
kemungkinan. Lokasi pemberhentian terakhir kami dengan ojek merupakan desa
perbatasan Baduy dengan luar dan itu merupakan akses cepat menuju Baduy dalam,
Desa Cijahe namanya.
Setelah
satu jam berjalan kaki, kami akhirnya sampai di Baduy Luar. Kami langsung
disambut pemandangan masyarakat Baduy yang mengenakan pakaian hitam serta
rumah-rumah masyarakat Baduy yang terbuat dari anyaman. Jalanan menanjak tanah
merah serta jalanan dengan batu adalah pemandangan yang ada di Baduy
Luar. Menyapa sebentar masyarakat Baduy Luar dan mengambil beberapa foto dengan
latar belakang rumah masyarakat Baduy, adalah kegiatan yang kami lakukan sambil
menunggu guide yang pulang sebentar ke rumahnya. Kemudian kami melanjutkan
perjalanan sesungguhnya dengan medan yang lebih keras lagi, perjalanan ke suku
Baduy Dalam.
Perjalanan
yang sesungguhnya baru saja dimulai, tracking ke ke Desa Suku Baduy Dalam. Demi
keamanan, kami mengatur formasi perjalanan dengan meletakkan para perempuan di
tengah dan laki-laki di belakang. Saya sangat mengapresiasi para lelaki yang
ada di kelompok kami, dimulai dari Bapak yang bersedia membawa tas Cici demi
meringankan beban Cici. Juga Moyo yang selalu sigap menjaga Cici dan Rendy yang
baru saya sadari sebenernya tidak melakukan apa-apa tapi saya yakin dia siap
siaga. Oh ya jangan lupakan Vera, walau dia perempuan tapi dia sudah terbiasa
naik gunung. Jadi dia lebih siap dibandingkan saya dan Cici.
Setelah
berjalan selama satu jam, kami istirahat guna menghilangkan sedikit lelah di
sebuah gubug yang kosong. Memakan cemilan sambil mengisi ulang tenaga. Kondisi
sudah sedikit gelap dan langit sudah mendung. Setelah istirahat secukupnya,
kami melanjutkan kembali perjalanan.
Gelap mulai menghampiri bumi pertanda posisi matahari sudah diganti oleh bulan
dan kami masih harus melanjutkan perjalanan. Sudah mau memasuki desa Baduy
Dalam, saat langit tidak lagi mampu membendung air yang menggenanginya dan
hujan mulai turun. Kami berhenti sebentar di sebuah bangunan yang ternyata
berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi masyarakat Baduy untuk menggunakan
jas hujan. Selesai menggunakan jas hujan dan berjalan beberapa langkah,
kemudian kejadiaan naas itu terjadi. Saya jatuh terpeleset menghantam tanah
yang basah. Sakit dan malunya seimbang, masalahnya yang dijaga sekali agar
tidak terjatuh itu adalah Cici namun mengapa saya yang terjatuh. Selesai saya
bangun kembali, ledekan anak-anak tetap terdengar sampai kami akhirnya memasuki
Baduy Dalam. Begitulah teman, meledek baru membantu. Ah saya baru ingat, mereka bahkan tidak membantu saya sama sekali. Saya bangun dan bersih-bersih sendiri -_-.
Setelah
melewati satu sungai yang dihubungkan oleh sebuah jembatan, kami disambut
dengan kerlip cahaya obor dari kejauhan. Kami memasuki perkampungan masyarakat
Baduy Dalam. Malam itu ternyata sedang banyak orang yang berkunjung ke Baduy, jadi
kami tidak dapat tidur di rumah Kepala Desa. Karena rumah Kepala Desalah yang
biasanya dijadikan tempat orang luar jika ingin menginap di Baduy. Kami
menginap di sebuah rumah masyarakat Baduy yang sangat ramah. Malam itu selesai
bersih-bersih kami diajak makam malam bersama keluarganya dan ditawarin makan
makanan mereka. Karena kami membawa bekal sendiri, akhirnya terjaid penyatuan
makanan Baduy Dalam dan makanan luar. Selesai makan, kami menghabiskan waktu
selama satu jam lebih untuk mengobrol. Wah ternyata Bapak pemilik rumah itu
pernah diundang ke Istana oleh Presiden Jokowi, dan Bapak itu pernah
menghabiskan waktu selama 3 hari berjalan kaki untuk pergi ke Bandung. Daebak!
Di
Baduy saya merasa waktu berjalan lebih lama, ntah karena tidak ada elektronik
dan semua terasa gelap atau karena hal lain. Malam itu kita merasa sudah sangat
larut, namun ternyata baru pukul 9 Malam. Selesai mengobrol bersama dan
membereskan sisa makan malam, para Bapak-Bapak yang mengobrol dengan kami
pulang ke rumahnya masing-masing sedangkan kami bermain Uno. Oh ya Cici tidak
ikut bermain Uno bersama kami, mungkin dia terlalu lelah. Dari awal sebelum
berangkat ke Baduy, kami memang sudah berniat untuk bermain Uno, dan kami
melakukannya. Kami bermain Uno hingga jam 12 lewat, perjalanan kami hari itu
ditutup dengan selesainya kami bermain UNO dan Bapak yang saya yakin sedikit BT
karena selalu kalah dan selalu mengambil kartu dalam jumlah banyak hahahahaOh ya,
ternyata kalau malam Baduy itu dinginnya subhanallah, saya beberapa kali
terbangun engah malam karena dingin dan juga merasa udah tidur untuk waktu yang
lama. Like I said before, di Baduy waktu terasa berjalan lebih lama.
Shubuh
tiba dan kita melaksanakan sholat shubuh berjamaah. Tolong di highlight.
BERJAMAAH. Saya rasanya makin kagum saja dengan tiga cowok-cowok ini haha.
Kalian yang cewek kalau sedang mencari imam, boleh memasukkan nama mereka ke
bursa calon imam idaman kalian muehehehe. Bapak, Moyo dan Rendy menemani dan
menunggui saya dan Vera yang sedang ngambil wudhu, di kegelapan dan dinginnya
udara shubuh serta tanah yang masih becek, kita beriringan jalan ke sungai
karena tidak ada kamar mandi di Baduy. Semua aktivitas dilaksanakan di sungai.
Sungai di bagi menjadi tiga bagian. Bagian paling hulu untuk kepala suku,
kemudian di bawahnya buat kaum lelaki kemudian bagian perempuan dan yang paling
hilir adalah tempat membuang air besar. Ada satu fakta menyebalkan yang saya
tau diakhir, bahwa ternyata ketika saya dan Vera sedang membuang air kecil,
ternyata Rendy juga melakukan kegiatan yang sama di hulu sungai. Dimana aliran
dari hulu sungai akan datang ke kami. Ingin rasanya saya menceburkan Rendy,
kenapa dia harus melakukan hajatnya di saat yang bersamaan dengan kami -_-.
Setelah
sholat shubuh, kami melanjutkan tidur. Yap apalagi aktivitas yang mengasyikkan
untuk dilakukan setelah tidur selain tidur hahaha. Walau kemudian Cici mengomel
karena menurutnya kami membuang-buang waktu dengan hanya tidur-tiduran. Jam 7
pagi kami merapikan kembali baeang bawaan dan jam 8 kami pergi meninggalkan
Baduy Dalam.Perjalanan pulang ternyata sama menantangnya dengan perjalanan
pergi, namun lebih baik karena kali ini tanah kering dari embel-embel air
hujan. Perjalanan pulang lebih lama dari perjalanan pergi, karena kami
menghabiskan satu jam lebih untuk istirahat (ditambah ghibah) di gubung tempat
kami istirahat ketika kami pergi ditambah kami juga menunggu Bapak yang
tertidur. Sumpah dia tertidur hanya dalam hitungan detik. sungguh manusia pelor
abadi!
Memasuki
Baduy Luar kami semakin banyak bertemu dengan masyarakat asli Baduy, dan tentu
saja berfoto adalah hal yang sudah pasti dilakukan. Tak terasa kami akhirnya
sampai di perbatasan Baduy, dan selanjutnya kami menunggu ojek untuk kembali
pulang ke rumah Bapak. Di rumah Bapak kami istirahat, makan makanan enak dan
bersih-bersih. Jam 3 sore kami meninggalkan Baduy dengan mobil pribadi dan
diantar langsung oleh saudara Bapak. Bye bye elf dan byebye Baduy. See you in another time :)
Seru banget
BalasHapus