Minggu, 21 Oktober 2018

Aan




Namannya Aan, Lafransyah nama lengkapnya. Berusia dua tahun dan akan memasuki usia tiga tahun ini. Memiliki postur badan yang kurus dan kulit yang gelap akibat selalu terpapar sinar matahari dan genetik dari orang tuanya. Aku pertama kali ketemu Aan di Sekom. Kamu tau Sekom dimana? Sekom adalah salah satu desa di Sanana, Maluku. Ah lokasinya sangat jauh dari Jakarta, bahkan begitu jauh dari Ambon sebagai salah satu kota terkenal yang berlokasi di Maluku.
Saat itu siang dan matahari lagi terik-teriknya dan udara begitu panasnya ketika aku pertama kali bertemu dengan Aan di rumahnya di Sekom. Aan dengan gelas yang berisi es kelapa muda di tangan malu-malu ketika bertemu denganku, ntah malu karena apa. Tantenya Aan mengenalkan aku kepada Aan dengan panggilan cewek cantik, dan aku selalu memanggil diriku dengan Tante Rara walau hingga akhir pertemuan kami dia kerap memanggilku Tante Cantik. Aan sangat jarang sekali menggunakan pakaian, baik itu baju ataupun celana. Iya Aan terbiasa telanjang tanpa sehelai kainpun di badannya, intensitas Aan memakai baju sangat sedikit. Bukannya Ibu Ayahnya tidak memakaikannya baju, Aan sendiri yang melapasnya ketika sudah dipakaikan baju. Jadi ketika dipakaikan baju ke tubuhnya, itu hanya bertahan dalam hitungan jam dan kemudian menghilang.
Aan suka sekali biscuit Gery yang coklat, dia menyebutnya Kui Gery. Walau dia sangat menyukai makanan tersebut dan walau orang tuanya mampu untuk membelikannya, namun Aan tidak selalu memiliki kesempatan untuk memakan biskuit kegemarannya tersebut. Tidak ada warung yang menjual biskuti tersebut dengan jarak yang dekat dari rumahnya, yang  bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Kalau kau berkunjung ke Sekom suatu saat nanti, kau akan paham dengan apa yang kukatakan saat ini.
Seperti normalnya anak kecil, Aan suka bermain. Bermain dengan apa saja, karena semua hal  bisa dijadikan mainan oleh Aan. Beruntungnya anak kecil yang tidak tinggal di kota dan tidak mengenal gadget adalah mereka bisa menjadikan alam sebagai teman bermain. Namun Aan tidak memiliki banyak teman bermain dan tidak tau aalsan pastinya mengapa, namun sepemantauanku Aan lebih sering bermain sendiri di saat anak lain bermain bersama.
Berbicara tentang bermain, ada satu hal yang menjadi alasan utamaku membuat tulisan ini. Waktu itu aku melihat mobil-mobilan dengan jenis truck yang ukurannnya tidak terlalu besar berada di rumah, dan ternyata itu adalah mainannya Aan. Bukan salah satu dari mainannya, namun satu-satunya maninan yang dia miliki, iya satu-satunya. Akan kuberitahu alasan dibelikannya mainan tersebut oleh ayahnya. Waktu itu ada anak kecil lain seusia Aan yang memiliki mobil-mobilan yang seperti itu, dan Aan selalu memainkannya bahkan pernah membawanya ke rumah untuk dipinjam sebentar. Dia sangat menyukai mobilan tersebut namun tidak juga meminta kepada orang tuanya untuk dibelikan. Melihat hal tersebut, Papa dari Aan berinisiatif untuk membelikannya mobilan baru. Dan kemudian itu menjadi satu-satunya mainan Aan yang dibeli. Aku tidak akan perduli jika kau menganggap ini berlebihan, namun sepengetahuanku anak kecil seusia Aan biasanya memiliki banyak mainan dan mereke akan rewel demi mendapatkan mainan yang mereka suka. Mungkin dulu aku bersikap begitu... ah mungkin kau juga, atau kau lupa? Namun Aan tidak. Dia tidak merengek bahkan tidak rewel ketika meminta mainan tersebut, dia hanya meminjam sebentar mainan temannya dan itu membuat orang tuanya iba. Yahhh setidaknya dalam perspektifku begitu. dan sungguh, Aan merawat mobil-mobilannya dengan bagus. Aku melihat mainan tersebut dalam keadaan bagus dan terawat. Ah aku memiliki perasaan aneh ketika itu, iri dan kagum di saat yang bersamaan. Bagaimana bisa seorang anak kecil mampu untuk bersikap dewasa ketika hal tersebut menyangkut dengan keinginannya? Ketika di waktu yang lain, bahkan orang dewasa sekalipun terkadang tidak mampu. Ah apakah kita tidak mampu, atau tidak ingin~

Selasa, 09 Oktober 2018

Tempat Wisata Kei Kecil Part#1


Berbicara mengenai tempat wisata di Kei Kecil sebenarnya agak membingungkan menurut saya, bukan bingung karena minimnya tempat wisata namun karena banyaknya tempat wisata. Saya bingung mau menjelaskan mana yang bisa disebut tempat wisata, karena menurut saya keseluruhan Kei itu adalah tempat wisata. Lah wong laut di sebelah rumah warga saja warnanya masih beratus kali lebih indah dibanding laut Ancol yang digandrungi masyarakat Jakarta kok. Beneran ini! Kalian akan sepakat kalau kalian sudah melihat Kei. Ibaratnya nih semua lokasi di Tual itu bisa dijadikan tempat wisata. Bahkan menurut teman saya jika di satu kampung terdapat tempat wisata, kampung lain akan buat juga tempat wisata. Hemmm persaingan yang bagus menurut saya.
Pada dasarnya tempat wisata di Tual itu murah-murah kok, apalagi kalau tempat wisata yang tidak menyebrang pulau. Berikut akan saya bagikan tempat-tempat wisata di Kei Kecil yang sudah saya kunjungi beserta akses dan biaya yang dibutuhkan untuk sampai ke sana. Nah karena banya dan akan menjadi alur yag sangat panjang jika dijadikan satu (itu bahsanya gimana sih mba!) Maka info mengenai Tempat wisata Kei saya bagi dua. Ini  part pertamanya.

1. Pasir Timbul (Ngurtavur Island)

Icon Kei Kecil itu apasih? Pantai yang sering banget dimasukin ke IG dengan pengambilan dari atas alias pakai drone. Yep Pasir Timbul atau Ngurtavur Island namanya. Lokasinya lebih jauh lagi dibanding Pulau Baer, tapi kalian tidak akan bosan selama di perjalanan karena pemandangan sebelum sampai ke sana yang super duper keren. Pasir Timbul sendiri adalah, tumpukan pasir yang terdapat di tengah laut yang bisa menghubungkan antara satu pulau dan pulau lainnya (walau jauh banget -_-). Pasir timbul tersebut akan muncul ketika laut sedang surut dan akan menghilang ketika air laut naik atau pasang. Ada hal lain yang unik dari Pasir Timbul ini, yaitu terdapart burung yang transit dari Australia yang memiliki sayap wana tosca, burungnya indah banget deh. Saya kebetulan memiliki kesempatan untuk melihat langsung burung tersebut dan speechless. The only transport to reach Ngurtavur Island adalah Kapal atau speed sama kaya ke Pulau Baer (udah kek naq Jaksel belum? Lol). Ketika itu saya berangkat dari Pelabuhan Debut dan menyewa boat seharga Rp. 500.000. Boatnya sih lumayan besar, kapasitasnya sekitar 10 orang. Sepertinya itu boat paling murah deh, mengingat kita ditawarkan seharga 700.000 sebelumnya oleh warga yang ada di sana. Dan kalau sudah sampai ke Pasir Timbulnya, kalian harus membayar lagi biaya masuk sebesar Rp. 200.000 perkapal yang bersandar di sana. Oh ya jangan lupa, waktu terbaik ke Pasir Timbul itu ketika laut surut, maksimal pukul 11 siang. Karena setelah jam itu, air laut akan naik.





2. Pulau Baer

Duplikatnya Raja Ampat nih, Pulau Baer di Kei Kecil. Menurut saya bedanya hanya di warna airnya saja, kalau Raja Ampat warna airnya lebih ke hijau tosca sedangkan kalau di Baer warna airnya lebih ke biru tosca. Pulau Baer sendiri baru ditemukan sekitar tahun 2017 lalu (kalau saya tidak salah) jadi memang masih baru banget. Akses ke Pulau Baer hanya satu, yaitu menggunakan speed (kalau bahasa di sana) atau kapal dengan mesin karena lokasinya yang memang lumayan jauh dari pusat kota. Waktu itu saya ke sana menggunakan kapal punya teman, jadi saya tidak bayar uang kapalnya hanya inisiatif saja patungan buat bensin. Kalau biaya dengan kapal tergantung dari lokasi awal kita naik, maksudnya kita berangkat dari pulau mana. Tapi range harganya sekitar 500-700 ribu rupiah perkapal. Oh ya di Pulau Baer kalian bisa berenang, jadi jangan lupa sedia pakaian renang ketika main ke Pulau Baer. Juga terdapat tebing yang bisa dipanjat dan kalian bisa mengambil foto diatas tebing demi konten instagam dengan pemandangan keseluruhan pulau Baer dan laut Baer yang berwarna biru tosca. Di atas tebing kalian akan menemukan anggrek langka, yang kata temen saya hanya terdapat di situ sih. Gatau deh benar atau tidaknya karena emang belum riset hehehe. Biaya masuk ke Pulau Baer, free alias gratis. Jadi pengeluaran kalian murni hanya buat kapal saja.





Seperti Raja Ampat kan? Kita bisa naik perahu diantara tebing-tebing tinggi

Ada tebing yang bisa dipanjat di sana, dan viewnya adalah Pulau Baer dari atas

3. Pantai Pasir Panjang (Ngurblot)

Salah satu pantai yang menjadi iconnya Tual nih, nyatanya pantai ini sesuai dengan namanya, ukuran pantainya juga panjang. Memiliki pasir yang sangat halus (bahkan katanya terhalus nomor dua sedunia), pantai ini tempat favorit untuk melihat sunset. Katanya nih kalau di bulan September, sunset di pantai ini seperti kuning telur, bulat dan kuning. Sayangnya ketika saya di saya lagi bulan Maret dan hujan melulu, tapi walau begitu yang penting saya sudah menginjakkan kaki di pasir terhalus nomor dua sedunia :D (tapi seriusan emang halus banget sih, kaya tepung). Di pantai ini juga banyak penginapan yang bisa disewa, harganya bermacam-macam mulai dari 150k-200k. kalau mau masuk ke pantai ini kalian harus mengeluarkan 10k untuk motor dan 20k untuk mobil dan sepertinya gratis kalau jalan kaki haha.
Ini pantainya yang nyatanya emang panjang, tapi ketika saya ke sana pantainya lagi kotor. Karena saya salah bulan, ketika itu angin barat dimana semua kotoran laut datang ke pantai.


Hanya berusaha menggambarkan, ini loh pasirnya yang halus pake banget itu 😄


Dan yes, sunsetnya ngga oke. Eh baca deh cerita saya di https://traradventure.blogspot.com/2018/08/tual-kei-kecil.html#links agar kalian tau betapa sedih-amazednya saat itu

4. Pantai Ohaidertavun

Pernah dengar Meti Kei? Kalau belum tau biar saya jelaskan haha. Jadi Meti Kei adalah festival tahunan di Kei yang diadakan setiap bulan September. Meti itu bahasa Tual yang artinya surut, dimana air laut tidak ada di laut (lah trus dimana airnya? Bak mandi? Ah bukan begitu maksudnya elah!). Jadi kalau normalnya ketika air laut surut itu hanya sedikit saja kan? Nah kalau di pantai ini ketika meti terjadi maka air laut akan surut sebanyak-banyaknya (apaan sih!). Air bisa surut sebanyak 1 hingga 2 kilometer, bahkan ketika bulan September bisa surut hingga 3 kilometer. Kebayang ga sih? Ngga? Makanya main ke Kei deh, kalian akan menemukan fenomena alam yang saya yakin hanya ada di Kei. Jadi ketika saatnya meti, dari pantai sampai ke laut itu bener-bener kosong ga ada air, kalian bisa berjalan sejauh mata memandang tanpa ada air lautnya. Nih tak kasih fotonya, agar ada bayangan muehehehe!


Ini lautnya kalau tidak ada Meti, foto ini diambil sekitar jam 5 sore waktu Kei


Ini lautnya ketika terjadi meti. Ingat dong ayunan yang di foto atas yang dudukan ayunannya terbawa air laut? Nah ini dia.


See? Kapal masyarakat aja jadi begitu. Makanya jarang masyarakat yang ada di kampung ini jadi nelayan. Bawa hasil lautnya  ke daratberat bo!




Foto ini saya ambil dari tengah laut ketika Meti. Yep, itu adalah pemukiman warga
Bukan itu saja, ada satu lagi yag unik dari pantai ini, kalau kalian menghadap ke arah laut, di sebelah kanan kalian akan melihat tebing-tebing. Nah di salah satu bagian dari tebing tersebut, terdapat cap tangan manusia dengan beraneka warna seperti kuning dan merah yang konon katanya sudah ada dari jaman dahulu kala. Masyarakat yang tinggal di sana juga tidak mengetahui siapa yang membuat cap tangan tersebut, masalahnya posisi cap tangan tersebut berada di atas tebing dan agak impossible jika manusia jaman sekarang yang buat cap tangan di sana. Lagipula tinta (atau apalah itu bahannya) dari cap tangan tersebut tidak pudar walau sudah berpuluh bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu, yang ada justru warnanya yang berganti. Hemmm memang sedikit mistis sih, karena pengalaman saya waktu ke sana juga agak sedikit menyeramkan. Suasananya berbeda saja sih, dan agak susah dijelaskan dengan kata-kata walau ku sudah mencobanya. Cobalah ke sana saja sendiri hehe.


Ini penapakan dari jauh tebing yang ada cap tangannya. Hemm foto dari dekatnya hilang bersamaan dengan hilangnya hape saya :(

Oh iya untuk ke pantai Ohaidertavun kalian harus membayar Rp. 5.000 untuk bisa main sepuasnya di pantainya termasuk juga ke lokasi tulisan tangan. Nah untuk ke lokasi tulisan tangan bisa dua akses, bisa dengan boat atau berjalan kaki kalau dengan boat saya kurang tau harganya, karena kalian harus menyewa boat masyarakt. Namun jika dengan berjalan kaki, kalian haus menunggu meti dahulu sehingga kalian bisa jalan ke sana. Tapi ya iitu, kalau berjalan kaki jauh haha.


6. Goa Hawang

Goa dengan kolam yang memiliki air jernih berwana hijau. Dalam kolam tersebut sekitar 7 meter dan kalian juga bisa berenang ke dalam goa dan katanya sih di dalam lebih bagus lagi. Tapi saya tidak berenang karena saya takut tenggelam sad L, jadi saya hanya puas dengan memasukkan kaki ke dalam air Goa saja. Biaya masuk ke Goa Hawang (nah ini saya bingung, karena ketika itu saya sama orang asli Kei dan dia nawar. Jadinya hanya kena 10.000 berdua). Tapi kayanya sih satu orang Rp. 10.000