Minggu, 21 Oktober 2018
Aan
Selasa, 09 Oktober 2018
Tempat Wisata Kei Kecil Part#1
1. Pasir Timbul (Ngurtavur Island)
Icon Kei Kecil itu apasih? Pantai yang sering banget dimasukin ke IG dengan pengambilan dari atas alias pakai drone. Yep Pasir Timbul atau Ngurtavur Island namanya. Lokasinya lebih jauh lagi dibanding Pulau Baer, tapi kalian tidak akan bosan selama di perjalanan karena pemandangan sebelum sampai ke sana yang super duper keren. Pasir Timbul sendiri adalah, tumpukan pasir yang terdapat di tengah laut yang bisa menghubungkan antara satu pulau dan pulau lainnya (walau jauh banget -_-). Pasir timbul tersebut akan muncul ketika laut sedang surut dan akan menghilang ketika air laut naik atau pasang. Ada hal lain yang unik dari Pasir Timbul ini, yaitu terdapart burung yang transit dari Australia yang memiliki sayap wana tosca, burungnya indah banget deh. Saya kebetulan memiliki kesempatan untuk melihat langsung burung tersebut dan speechless. The only transport to reach Ngurtavur Island adalah Kapal atau speed sama kaya ke Pulau Baer (udah kek naq Jaksel belum? Lol). Ketika itu saya berangkat dari Pelabuhan Debut dan menyewa boat seharga Rp. 500.000. Boatnya sih lumayan besar, kapasitasnya sekitar 10 orang. Sepertinya itu boat paling murah deh, mengingat kita ditawarkan seharga 700.000 sebelumnya oleh warga yang ada di sana. Dan kalau sudah sampai ke Pasir Timbulnya, kalian harus membayar lagi biaya masuk sebesar Rp. 200.000 perkapal yang bersandar di sana. Oh ya jangan lupa, waktu terbaik ke Pasir Timbul itu ketika laut surut, maksimal pukul 11 siang. Karena setelah jam itu, air laut akan naik.
2. Pulau Baer
Duplikatnya Raja Ampat nih, Pulau Baer di Kei Kecil. Menurut saya bedanya hanya di warna airnya saja, kalau Raja Ampat warna airnya lebih ke hijau tosca sedangkan kalau di Baer warna airnya lebih ke biru tosca. Pulau Baer sendiri baru ditemukan sekitar tahun 2017 lalu (kalau saya tidak salah) jadi memang masih baru banget. Akses ke Pulau Baer hanya satu, yaitu menggunakan speed (kalau bahasa di sana) atau kapal dengan mesin karena lokasinya yang memang lumayan jauh dari pusat kota. Waktu itu saya ke sana menggunakan kapal punya teman, jadi saya tidak bayar uang kapalnya hanya inisiatif saja patungan buat bensin. Kalau biaya dengan kapal tergantung dari lokasi awal kita naik, maksudnya kita berangkat dari pulau mana. Tapi range harganya sekitar 500-700 ribu rupiah perkapal. Oh ya di Pulau Baer kalian bisa berenang, jadi jangan lupa sedia pakaian renang ketika main ke Pulau Baer. Juga terdapat tebing yang bisa dipanjat dan kalian bisa mengambil foto diatas tebing
Seperti Raja Ampat kan? Kita bisa naik perahu diantara tebing-tebing tinggi |
Ada tebing yang bisa dipanjat di sana, dan viewnya adalah Pulau Baer dari atas |
3. Pantai Pasir Panjang (Ngurblot)
Ini pantainya yang nyatanya emang panjang, tapi ketika saya ke sana pantainya lagi kotor. Karena saya salah bulan, ketika itu angin barat dimana semua kotoran laut datang ke pantai. |
Hanya berusaha menggambarkan, ini loh pasirnya yang halus pake banget itu 😄 |
Dan yes, sunsetnya ngga oke. Eh baca deh cerita saya di https://traradventure.blogspot.com/2018/08/tual-kei-kecil.html#links agar kalian tau betapa sedih-amazednya saat itu |
4. Pantai Ohaidertavun
Ini lautnya kalau tidak ada Meti, foto ini diambil sekitar jam 5 sore waktu Kei |
Ini lautnya ketika terjadi meti. Ingat dong ayunan yang di foto atas yang dudukan ayunannya terbawa air laut? Nah ini dia. |
See? Kapal masyarakat aja jadi begitu. Makanya jarang masyarakat yang ada di kampung ini jadi nelayan. Bawa hasil lautnya ke daratberat bo! |
Foto ini saya ambil dari tengah laut ketika Meti. Yep, itu adalah pemukiman warga |
Ini penapakan dari jauh tebing yang ada cap tangannya. Hemm foto dari dekatnya hilang bersamaan dengan hilangnya hape saya :( |
Oh iya untuk ke pantai Ohaidertavun kalian harus membayar Rp. 5.000 untuk bisa main sepuasnya di pantainya termasuk juga ke lokasi tulisan tangan. Nah untuk ke lokasi tulisan tangan bisa dua akses, bisa dengan boat atau berjalan kaki kalau dengan boat saya kurang tau harganya, karena kalian harus menyewa boat masyarakt. Namun jika dengan berjalan kaki, kalian haus menunggu meti dahulu sehingga kalian bisa jalan ke sana. Tapi ya iitu, kalau berjalan kaki jauh haha.
6. Goa Hawang
Goa dengan kolam yang memiliki air jernih berwana hijau. Dalam kolam tersebut sekitar 7 meter dan kalian juga bisa berenang ke dalam goa dan katanya sih di dalam lebih bagus lagi. Tapi saya tidak berenang karena saya takut tenggelam sad L, jadi saya hanya puas dengan memasukkan kaki ke dalam air Goa saja. Biaya masuk ke Goa Hawang (nah ini saya bingung, karena ketika itu saya sama orang asli Kei dan dia nawar. Jadinya hanya kena 10.000 berdua). Tapi kayanya sih satu orang Rp. 10.000
Rabu, 05 September 2018
Adab Makan
Rabu, 29 Agustus 2018
Lost in the Beatiful Island, Tual-Kei Kecil
Ini lagiiii 😍😍😍
Gimana gimana? Okeh banget kan ya. Gue saranin kalau kalian naik pesawat menuju Tual duduklah di bagian kanan dan tepat sebelah jendela. Ingat sebelah jendela,agar kau tidak rugi karena gue tau tiketnya mahal banget muehehehehe.
Dan akhirnya sampai di Bandara Langgur, bandaranya ssih kecil dan tidak sebuk. Karena jadwal penerbangannya memang tidak begitu banyak juga.
Sesampainya di Tual, gue dijemput langsung di dalam bandara oleh temannya teman gue yang sebelumnya ketemu di Ambon. Catat ya! Di dalam bandara. Yes kamu bisa masuk ke dalam bandaranya kalau di Tual, tidak tau karena bandaranya kecil atau temen gue yang punya koneksi ke sana. Begitu keluar dari bandara yang berAC, gue langsung disambut dengan panasnya udara Tual yang dahsyat. Matahari yang terik serta udara panas merupakan dua kombinasi yang sangat tidak diharapkan ketika sedang puasa (Ngga ada hubungannya Ra, waktu itu kan lo ga puasa 😌). Teman gue memilih opsi mobil carteran (tidak ada taksi di sana tjuy) untuk transportasi menuju pusat kota. Dengan uang 200k rupiah akhirnya kita sampai pusat kota kemudian langsung makan dan sholat, abused aing teh lapar pisan euy.
Jumat, 27 Juli 2018
Perjalanan Pertama Ke Papua
Ini masih kaya mimpi, gue berada di sini di daerah yang menjadi mimpi gue sejak dulu. Papua! Gue pengen banget ke Papua lebih dari gue pengen ke daerah manapun di Indonesia. Alasannya? Karena sejarahnya, lokasinya dan mungkin juga kehidupan masyarakatnya. Dan yang jelas karena rasa penasaran gue akan Papua itu sendiri dengan segala ceritanya. Tapi yang jelas Papua seperti magnet bagi gue, sejauh apapun gue travelling, Papua tetap menjadi my dream city. And I did it, here I am now in my dream city and feel like a dream.
Kunjungan gue ke Papua ini memang bukan murni untuk travelling, ada agenda lain di sini dan travelling hanyalah agenda sampingan namun yang utama hahaha.
Perjalanan gue ke Papua dimulai dengan kesalahan gue ngeliat jam penerbangan. Gue beranggapan berangkat jam 1 AM waktu Jakarta dan berangkat terburu-buru karena takut terlambat. Dan ternyata ketika selesai chek in dan mba yang jaga bilang kalau boarding jam 1.25, di situlah gue sadar kalau penerbangan gue jam 1.55 am dan gue sudah di Bandara sejak pukul 11 PM. How diligent Ra:))). Kemudian apa yang saya lakukan selama 2 jam menunggu waktu keberangkatan, ngobrol absurd dengan ibu-ibu sambil ngecas Hape.
Hingga akhirnya gue masuk pesawat dan tidak tidur selama 3 jam perjalanan Jakarta Manado karena nonton. Astagahh keliatan banget ga punya TVnya ya gue 😞. Dan kalian tau ga, gue menyesal tidak duduk di dekat jendela karena ternyata oh ternyata view sunrise dari pesawat itu keren banget dan gue melewatkannya. Bapak di barisan gue yang duduk di dekat jendela tidur dan tidak menikmati indahnya sunrise. Ah sad. Tapi gue tetap dapat foto dengan minta bantuan bapak yang akhirnya bangun ketika matahari sudah hampir sempurna.
Tidak lama setelah pemandangan sunrise, Pilot mengumumkan bahwa pesawat akan landing dan saat itu pukul 06.05 WITA (sesungguhnya gue baru tau Manado masuk wilayah tengah setelah barusan nanya ke Mas Polisi yang duduk sebelah gue yang kerjaannya nguap mulu. Mungkin beliau lelah mengawal Pak Kapolda). Sesampainya di Bandara Sam Ratulangi Manado, gue disambut another pemandangan keren. Yakni gunung atau bukit yang gue juga gatau namanya apa. Oh ya Bandara Sam Ratulangi itu ternyata kecil loh, hanya bandaranya bagus. Banyak interior-interior khas Manado di sana. Wait I have some for you guys!
Seperti yang gue jelaskan di atas tadi soal pengetahuan baru gue tentang waktu di Manado, dan karena ini adalah pengalaman pertama gue transit. Jadi sesampainya di bandara gue pun bingung mau kemana dan harus gimana. Eh salah fokus, ternyata bener kalau orang Manado itu tjakep-tjakep guysss, jadilah gue betah nanya padahal udah ngerti muehehehehehe. Iyes dan karena jam tangan gue masih WIB dan gue waktu itu nyangkanya kalau Manado masuk Wita, gue panik sendiri ketika di waiting room. Duh ini waktunya udah tapi kok belum dipanggil-panggil sih, dan akhirnya nanya sampe dua kali ke petugas. Ketika berntanya yang kedua kalinya, eh ternyata pemanggilan buat flight gue juga sedang dilakukan. Jadilah gue sekalian chek in daaan ini juga jadi pengalaman pertama gue menjadi penumpang yang masuk pertama ke pesawat hahahaha.
Perjalanan dari Manado ke Papua yang memakan waktu 4 jam sudah pasti gue habiskan hanya untuk tidur hingga pesawat landing di Bandara Papuanl yang berlokasi di Sentani. Dan sepertinya pesawat yang gue naiki transit di Sorong untuk selama satu jam, tapi gue antara sadar dan tak sadar 😅. Begitu sampai di Bandara nungguin bagasi yang lama (ternyata Tag Bagasi gue hilang, jadi koper gue ngga di lewat di garbarata. Nah pertanyaan gue gimana bisa itu tag bagagenya bisa lepas, kan itu kuat banget yak lemnya. Tapi syukur petugas bagasinya bagus kerjanya, mereka khawatir ada yang ambil bagasi gue). Keluar bandara gue sudah dijemput oleh Tante dan Panitia kegiatan (hemm semacam terjadi perebutan penjemputan hahahaha). Tapi karena Tante gue exited banget (secara gue adalah ponakan pertama yang berkunjung ke Papua), jadi gue ikut tante gue dan panitia mengikuti di belakang. And apa yang terjadi setelah gue sampai, gue mengalami jetlag selama dua hari 😞.
Sabtu, 21 Juli 2018
Kesasar ke Taman Lawang
Raden saleh-Sarinah itu deket kan ya, kalau naik motor tinggal jalan ke cikini, masuk Menteng, lurus aja terus sampe mentok ntar juga ketemu yakan. Nah tadi malam bisa-bisanya gue nyasar sampe Kedutaan besar Arab Saudi padahal mau ke Sarinah. Akhirnya muter balik lagi, ikutin jalur dan belok kiri ikutin petunjuk jalan 'Bundaran HI'eh ternyata sampe sana zonk karena ternyata forboden dan ku tak berani melawan arah. Jadilah sebelum masuk kawasan Bundaran HI gue belok kiri ikutin jalan sampe masuk kawasan Taman Lawang. Degdegan? Iyalah buset, itu lagi rame dan malah ada yang transaksi. Ditengah malam yang gelap, hati degdegan dan bingung mau kemana gue malah ntah kenapa berhenti di depan 'mba' yang cuma pake bra doang dan nanya ke dia arah ke Thamrin awalnya dan dia kasih tau. Trus gue ngeh kalau salah, karena harusnya gue nanya arah Sarinah. Jadilah dia menjelaskan arah sama gue dan gue yang mendengarkan dengan seksama walau sedikit ga nyaman because he almost naked. Well kalau lo pada nanya kenapa ga nanya sama orang lain aja sih, sesungguhnya gue juga ga ngerti tjoy dan seingat gue ga ada orang di sana.
Gue jadi keinget kejadian beberapa tahun lalu, waktu itu gue motoran sama Ilham tengah malam karena baru balik dari makan Mie Aceh di Setia Budi. Dan waktu itu lagi famous banget soal Taman Lawang karena ada filmnya. Ketika itu gue minta diajakin ke sana sama Ilham, cuma karena alasan penasaran doang. Dan Ilham cuma ngizinin liat dari jauh doang. Waktu itu kita ke sana rada serem juga sih karena kita liat sesosok tubbuh tergeletak di jalan yang ga ngerti itu tidur apa ngapain. Tapi intinya waktu itu gue ga masuk ke kawasannya karena kata Ilham bahaya, soalnya gue perempuan.
Dan tadi malam gue malah masuk ke kawasannya dan dibantuin sama salah seorang yang ada di sana. Well what I want to say is, liat deh pada dasarnya semua orang itu baik kok asal kita memperlakukan mereka baik. Penampilan? Itu kan luarnya saja, dalamnya kamu ga bakal tau kalau ga mencari tau. Lagi pula jangan terlalu percaya dengan branding yang dibangun oleh masyarakat, walau ya tetap waspada tetap yang paling utama.
Rabu, 04 April 2018
Ambon
-
Saya tidak pernah punya teman travelling sebelumnya sampai saya bertemu dengan Len. Lelaki Belanda yang saya temukan di pinggir ...
-
SUKU PAKPAK Suku Pakpak banyak terdapat di Sumatera Utara, yakni di Dairi, Perbatasan dengan Aceh, Parlilitan dan Pakpak Bharat Tak banya...